Senin, 10 Juli 2017

MENARI DIBAWAH SPECTRUM HIDUP

Kenakalan masa kecil. Hari ini 1 juli 2017, masih dalam suasana lebaran idul fitri. Aku bagaikan mendapatkan hadiah album keramat yang menyeret akal khayalku kedalam pusaran masa lalu yang indah tak tergantikan. Lembar demi lembar aku buka. Segala rasa seakan bergolak melambungkan angan kedalam mega mega. Setiap jejak kaki seakan terlihat jelas ayunan langkah memijak tapak demi tapak. Dalam khayal dan anganku aku melihat tapak tapak penuh warna berjajar memenuhi ruang jalan memori. Ada merah ,kuning, hijau, ,biru, jingga,kelabu hingga hitam yang kelam. Lembar album itu bermula ketika aku mendapat kunjungan sahabat saat sekolah TK dan SD hingga SMP bernama Pipiet dan Tholib. Segala cerita masa kecilku pun mengalir tak terbendung . “kamu dulu itu kuecillll, menthik dan mbethik pol lho bud” ucap pipiet membuka percakapan. Aku tersipu malu. “mosok sih pietttt” jawabku sambil tertawa. Seandainya kulitku putih pasti pipiku akan kelihatan merona. Apalagi istriku yang juga ikut nimbrung dalam percakapan ikut tersenyum. Sementara ke dua anakku sedang asyik bermain game dekat ruang tamu. Aku berdoa agar anakku fokus dalam bermain agar tidak mendengar percakapan kami. “bener bud...kamu waktu TKdulu suka ngganggu anak anak perempuan bermain...dan ingat nggak? Kalau aku dulu pernah menangis karena kamu gigit” kata pipiet nyerocos membuat aku tertawa meledak. “ saking nakalnya, mbak “ kata pipiet kepada istriku “ Waktu TK budi ini tidak lulus. Pada saat kelulusan, siswa yang lulus di giring berjalan berbaris menuju sekolah SD . sementara budi yang tidak lulus mencegat barisan di depan rumahnya sambil nangis gulung koming sambil melempari kami karena tidak lulus” tawaku semakin meledak tak tertahan. Peristiwa yang sudah lama sekali itu seperti kembali menari di pelupuk mataku . waktu itu aku menangis sambil berguling guling di tanah minta di luluskan dan masuk sekolah dasar. . Aku menangis protes sejadi jadinya kepada kakekku karena aku tidak lulus dan minta agar dimasukkan sekolah SD. Namun tidak ada jawaban yang bisa membuatku lega hingga aku mengamuk lari kehalaman mencegat temen temen ku berbaris menuju SD yang arah jalannya melewati rumahku. Sambil menangis sejadi jadinya aku berusaha melempari temen temenku tapi sebelum lemparanku mengenai sasaran kakekku seger mendekap dan memasukkanku kadalam bak kamar mandi. Walau aku dimasukkan kedalam bak kamar mandi tangisku tidak juga berhenti , bahkan semakin menjadi jadi. Tangisku baru reda ketika kakekku berjanji memasukkan sekolah SD. Tidak tahu bagaimana awal prosesnya , tahu tahu aku bisa masuk sekolah dasar bersama temen temenku yang lulus sekolah TK. Baru aku pahami ketika aku sudah agak besar bahwa statusku masuk SD itu awalnya hanyalah titipan. Kakekku menemui kepala sekolah memohon agar aku bisa diterima di sekolah dasar dan kepala sekolah rupanya menerima dengan syarat bahwa sifatnya hanya titipan dengan catatan apabila aku tidak mampu mengikuti pelajaran aku harus keluar SD kembali TK. Informasi itu aku ketahui dari mbak Endang kakak angkatku. Karena setiap marah menyuruhku belajar selalu disertai cerita ihwal masuknya aku ke sekolah SD supaya aku takut kembali ke TK hingga mau rajin belajar. “ kalau kamu nggak mau belajar kamu akan di kembalikan ke TK kembali “ hardiknya setiap kali aku membandel tidak belajar.